Occupancy Ratio BOR dalam beberapa pekan ini semakin sering diucapkan. Sekarang muncul kekhawatira karena BOR sejumlah kota di Pulau Jawa naik drastis seiring melonjaknya kasus Covid-19. BOR rumah sakit itu apa? Mungkin sebagian orang belum mengetahui apa itu BOR dan bagaimana cara menghitungnya. Sebelum itu, Anda perlu memahami tentang tempat tidur di fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi bagian dalam rumus BOR. BOR adalah angka keterisian tempat tidur di rumah sakit. Dalam hal kasus covid-19, BOR berarti angkat keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19. Berdasarkan sistem informasi kesehatan yang dilansir dari istilah yang umum digunakan adalah tempat tidur tersedia. Tempat tidur tersedia adalah tempat tidur fasilitas kesehatan yang tersedia untuk rawat inap baik yang terisi maupun kosong pada waktu tertentu. Baca juga Kasus Covid Melonjak, Menteri Agama Yaqut Terbitkan Edaran Pembatasan Kegiatan di Rumah Ibadah Di rumah sakit, tempat tidur tersedia termasuk tempat tidur untuk penggunaan normal baik terisi maupun kosong, dan tidak termasuk adalah tempat tidur di ruang pemeriksaan, unit gawat darurat, terapi fisik, ruang persalinan, dan ruang pemulihan. Tempat tidur bayi atau bassinet dihitung terpisah dengan tempat tidur tersedia Horton, 2017; IFHIMA, 2012. Bed Occupancy Ratio BOR dikenal juga dengan percent occupancy, occupancy percent, percentage of occupancy, occupancy ratio. Di Indonesia dikenal dengan BOR yaitu persentase penggunaan tempat tidur pada waktu tertentu. BOR ideal 60 â 85 % Kemenkes RI BOR dihitung dengan menggunakan rumus Jumlah hari perawatan pada periode tertentu dikali 100. Kemudian dibagi jumlah tempat tidur tersedia dikali jumlah hari pada periode yang sama. BOR di Jakarta di Atas 75 Persen Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Selasa 15/6/2021 mengatakan, angka keterisian tempat tidur BOR di rumah sakit rujukan Covid-19 juga terus meningkat dalam sepekan. Wiku mengatakan, secara umum, baik kasus positif maupun BOR RS rujukan Covid-19 di Indonesia tercatat meroket pekan ini.
Untukmenilai keberhasilan rumah sakit dalam menjaga maupun meningkatkan mutu diperlukan indikator-indikator tertentu. Indikator ini telah disusun dengan WHO untuk menjadi modal bagi rumah sakit untuk melaksanakan self-assesment tersebut. 1. Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari: a. Angka Pasien dengan Dekubitus; b.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap BOR Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur BOR menurut Huffman 1994 adalah âthe ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under considerationâ. Sedangkan menurut Depkes RI 2005, BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% Depkes RI, 2005. Rumus BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit / Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode X 100% AVLOS Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat AVLOS menurut Huffman 1994 adalah âThe average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under considerationâ. AVLOS menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari Depkes, 2005. Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar hidup + mati TOI Turn Over Interval = Tenggang perputaran TOI menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus TOI = Jumlah tempat tidur X Periode â Hari perawatan / Jumlah pasien keluar hidup +mati BTO Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur BTO menurut Huffman 1994 adalah ââŚthe net effect of changed in occupancy rate and length of stayâ. BTO menurut Depkes RI 2005 adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 BTO = Jumlah pasien keluar hidup + mati / Jumlah tempat tidur NDR Net Death Rate NDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus NDR = Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 â° 6. GDR Gross Death Rate GDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus GDR = Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 â°Rumah& Taman. Pertamanan; Fiksi Misteri, Keseruan & Kejahatan. Ketegangan; Kejahatan Sejati; Fiksi Ilmiah & Fantasi; Dewasa Muda. Distopia; Paranormal, Ilmu Gaib & Supranatural; Simpan Simpan Rumus Angka Dekubitus Untuk Nanti. 0 penilaian 0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara) 85 tayangan 2 halaman. Rumus Angka Dekubitus. Diunggah
100% found this document useful 1 vote8K views7 pagesDescriptionmenghitung BOR rumah sakitCopyrightŠ Š All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote8K views7 pagesCara Menghitung BOR Rumah SakitJump to Page You are on page 1of 7 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.